Fenomena Luigi Mangione, Mengapa Orang Simpati pada Pelaku Pembunuhan?
Daftar Isi
- 1. Empati pada korban sistem
- 2. Parasocial relationship
- 3. Dehumanisasi korban
- 4. Tagar dan narasi di media sosial
Kasus pembunuhan Brian Thompson, seorang bos perusahaan asuransi besar di Amerika Serikat, menyita perhatian publik di dunia maya. Alih-alih mengecam tindakan pelaku penembakan Luigi Mangione, netizen justru ramai-ramai menunjukkan dukungan kepada tersangka.
Seiring berkembangnya kasus ini, Mangione bahkan mendapatkan dukungan luas di media sosial. Tagar seperti #JusticeForLuigi pun viral, memunculkan berbagai opini yang menggambarkan Mangione sebagai 'pejuang kecil' melawan ketidakadilan.
Kenapa publik malah mendukung Mangione yang jelas bersalah membunuh bos asuransi tersebut?
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pilihan Redaksi
|
Selain itu, beberapa faktor juga bisa memicu kenapa banyak orang yang malah mendukung pelaku pembunuhan dalam beberapa kasus.
1. Empati pada korban sistem
Faktor ini nyata terjadi pada kasus yang melibatkan Mangione.
Masyarakat sering kali berempati pada individu atau kelompok yang dipandang sebagai korban dari ketidakadilan. Kata Arnold, dalam kasus ini, Mangione dianggap sebagai wakil dari banyak orang yang merasa dirugikan oleh sistem asuransi kesehatan AS.
Ketika narasi yang muncul menggambarkan Mangione sebagai sosok heroik, publik pun bersimpati, meski tindakannya jelas melanggar hukum.
"Brian Thompson dipersepsikan sebagai simbol dari sistem yang hanya mengejar keuntungan tanpa peduli pada penderitaan orang kecil," kata dia.
2. Parasocial relationship
![]() |
Era media digital turut memengaruhi opini masyarakat. Dalam beberapa laporan media, Mangione digambarkan sebagai seorang ayah pekerja keras yang berjuang demi keluarganya. Narasi ini menciptakan rasa koneksi emosional dengan Mangione.
"Hubungan parasosial, yaitu hubungan satu arah yang terbentuk melalui media, membuat orang merasa dekat dengan Mangione," jelas Arnold.
Mangione, kata Arnold dilihat sebagai 'orang seperti kita' yang melawan ketidakadilan. Itu sebabnya netizen cenderung memaafkan atau mendukung tindakannya.
3. Dehumanisasi korban
Fenomena ini juga dipengaruhi oleh bagaimana masyarakat memandang korban. Arnold menjelaskan bahwa orang seperti Brian Thompson, yang memiliki status tinggi dalam sistem yang dianggap tidak adil, sering kali di-dehumanisasi.
"Masyarakat tidak lagi melihat korban sebagai individu dengan kehidupan, nilai, dan keluarga. Thompson dipandang sebagai simbol ketidakadilan. Hal ini mempermudah masyarakat untuk mendukung Mangione tanpa merasa bersalah," katanya.
Lihat Juga :![]() |
4. Tagar dan narasi di media sosial
Di media sosial, tagar seperti #JusticeForLuigi semakin memperkuat dukungan terhadap Mangione. Banyak netizen menulis bahwa tindakannya merupakan 'perlawanan' terhadap sistem korup yang sering mempersulit kehidupan orang kecil. Narasi ini meluas tanpa memperhatikan kompleksitas kasus yang sebenarnya.
"Sekali masyarakat terbawa arus emosi dan narasi di media sosial, opini mereka bisa menjadi bias. Mereka mulai melihat tindak kekerasan sebagai bentuk balasan yang layak terhadap sistem yang tidak adil," ungkap Arnold.
(tst/asr)-
Kelompok Orang yang Tak Boleh Makan Terong, Bisa BerbahayaRespons Santai Kapolda Irjen Karyoto Usai Firli Bahuri Ajukan PraperadilanBareskrim Kembali Tangkap Anak Buah Fredy Pratama, Ini Perannya!Apakah Boleh Ziarah Kubur Saat Idul Fitri? Ini HukumnyaMenko PMK Terus Monitor Perkembangan Banjir Jabodetabek: Hari ini Mulai MembaikHakim Nyatakan JAD Organisasi TerlarangCatatkan Rekor MURI, 999 Penari Sufi Meriahkan Harlah KeCara Mengajarkan Anak Puasa dengan Mudah dan MenyenangkanPilot Mendadak Pinjam Obeng Saat Pesawat di Udara, Penumpang PanikEkspresi Karut Marut Emosi Harry Halim dalam 'Finality'
- ·Perayaan Imlek 2025 Jatuh Pada Tanggal? Simak Informasinya
- ·Jakarta Hari ini Diprediksi Hujan
- ·Beredar CGI Balon Udara Ganjar
- ·Geledah Ruang Kerja Eni Saragih, Apa yang Diperoleh KPK?
- ·Kapolri Apresiasi Program Penghargaan Bhabinkamtibmas Disway National Network
- ·Respons Santai Kapolda Irjen Karyoto Usai Firli Bahuri Ajukan Praperadilan
- ·Hakim Nyatakan JAD Organisasi Terlarang
- ·Beredar CGI Balon Udara Ganjar
- ·Efisiensi Anggaran, Mendikdasmen Pastikan Program Prioritas Tetap Berjalan
- ·FOTO: Salinan Al
- ·CEO Airbus: Penerbangan Jadi Kambing Hitam Emisi Karbon
- ·Bolehkah Makan Sebelum Sholat Idul Fitri? Ini Sunnah dan Hikmahnya
- ·Pemkab Kediri Gelar Bazar UMKM Hari Santri 2024: Santri Perekat Bangsa
- ·Kapal Pesiar Lewati Hotspot Bajak Laut, Penumpang Ngaku Deg
- ·Turis Ditangkap dan Dipukuli Gara
- ·Ganjil Genap Diperpanjang, Dishub: Evaluasi Tetap Ada
- ·Penularan Corona di KRL Tinggi, Angker Nyantai: Ikhtiar Tetap, Doa Selamat Jangan Putus
- ·Ke Gereja, Anies Ucapkan Selamat Natal
- ·Cara Mengajarkan Anak Puasa dengan Mudah dan Menyenangkan
- ·Kapan Waktu Terbaik Minum Vitamin Saat Puasa?
- ·Studi Temukan Risiko Kanker Payudara pada Pengguna IUD
- ·FOTO: Salinan Al
- ·Jakarta Hari ini Diprediksi Hujan
- ·FOTO: Dari Burqa ke Abaya: Langkah Kecil Menuju Kebebasan
- ·Pria, Lakukan Ini Buat Bantu Wanita Capai Orgasme
- ·Hakim Nyatakan JAD Organisasi Terlarang
- ·KPK Ungkap Alasan Mbak Ita Tiba
- ·Cara agar Tidak Mabuk Kendaraan Saat Perjalanan Mudik
- ·Tips Agar Perjalanan Tetap Lancar, Mudik Aman Tanpa Beser
- ·Perayaan Imlek, Pengemis Padati Vihara
- ·Hukuman Eks Dirut Pertamina Diperberat Usai Kasasi Ditolak MA, KPK Apresiasi
- ·Tersangka Trafficking Terancam 15 Tahun Penjara
- ·Ragam Tradisi Unik Lebaran di Berbagai Wilayah Indonesia
- ·Beredar CGI Balon Udara Ganjar
- ·FOTO: Menikmati Desa Hanok Bukchon yang Tak Pernah Sepi Pelancong
- ·Bahaya Microsleep Saat Mudik, Sekejap Mata Bisa Berujung Petaka