会员登录 - 用户注册 - 设为首页 - 加入收藏 - 网站地图 Danantara Jajaki Investasi di Aksi Akuisisi Grab terhadap GoTo, Pemerintah Waspadai Dominasi Asing!

Danantara Jajaki Investasi di Aksi Akuisisi Grab terhadap GoTo, Pemerintah Waspadai Dominasi Asing

时间:2025-06-08 05:06:02 来源:quickq电脑版更新后没网 作者:时尚 阅读:621次
Warta Ekonomi,quickq最新版本下载 Jakarta -

Dana kekayaan negara yang baru dibentuk, BPI Daya Anagata Nusantara (Danantara), dilaporkan tengah menjajaki keterlibatannya dalam rencana akuisisi GoTo oleh Grab. Langkah ini berpotensi menjadi strategi pemerintah untuk menjaga kendali atas salah satu perusahaan teknologi terbesar di Indonesia agar tak sepenuhnya dikuasai entitas asing.

Laporan Bloomberg News yang dirilis Jumat (6/6/2025) menyebutkan bahwa Danantara berada dalam tahap awal pembicaraan dengan GoTo, menyusul kabar rencana merger yang melibatkan Grab, perusahaan ride-hailing asal Singapura yang terdaftar di bursa AS.

Danantara Jajaki Investasi di Aksi Akuisisi Grab terhadap GoTo, Pemerintah Waspadai Dominasi Asing

Danantara Jajaki Investasi di Aksi Akuisisi Grab terhadap GoTo, Pemerintah Waspadai Dominasi Asing

Baca Juga: Perkuat Keamanan Transaksi Digital, DANA Luncurkan Posko Bantuan Keliling ke 16 Kota

Danantara Jajaki Investasi di Aksi Akuisisi Grab terhadap GoTo, Pemerintah Waspadai Dominasi Asing

Dilansir dari Reuters, Sabtu (7/6/2025), menurut sumber yang mengetahui prosesnya, Danantara mengincar saham minoritas dalam entitas gabungan jika akuisisi terjadi. 

Danantara Jajaki Investasi di Aksi Akuisisi Grab terhadap GoTo, Pemerintah Waspadai Dominasi Asing

Keterlibatan ini disebut dapat membantu meredam kekhawatiran pemerintah Indonesia soal potensi dominasi Grab atas pasar teknologi nasional.

Saat ini, baik Grab maupun GoTo belum mengonfirmasi adanya pembicaraan merger. Namun, sumber Reuters sebelumnya menyebutkan bahwa Grab ingin menyelesaikan kesepakatan tersebut pada kuartal kedua tahun ini, dengan valuasi GoTo ditaksir mencapai sekitar US$7 miliar.

Meski telah ada kemajuan dalam pembahasan struktur transaksi, negosiasi disebut melambat akibat kemungkinan munculnya tuntutan dari regulator, menurut laporan Bloomberg.

Kekhawatiran pemerintah bukan tanpa dasar. Pada Mei lalu, Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) mulai mengkaji potensi risiko dari rencana merger dua raksasa teknologi itu. Langkah ini menjadi sinyal bahwa otoritas ingin memastikan tidak ada pelanggaran terhadap prinsip persaingan usaha sehat.

Di sisi lain, peluncuran Danantara pada Februari lalu menjadi bagian dari strategi jangka panjang Indonesia untuk membangun kekuatan finansial yang mampu berinvestasi strategis di berbagai sektor, mulai dari pengolahan mineral hingga kecerdasan buatan. Dana ini dirancang mirip dengan Temasek milik Singapura dan akan mengelola saham pemerintah di berbagai BUMN.

Hingga berita ini diturunkan, GoTo dan Grab menolak memberikan komentar. Sementara itu, Danantara Indonesia belum memberikan tanggapan atas permintaan konfirmasi dari media.

(责任编辑:综合)

相关内容
  • Dua Negara Ini Jadi yang Pertama dan Terakhir Sambut Tahun Baru 2024
  • Tantangan Dito Mahendra Dijawab Bareskrim: Ingin Buka
  • Diklaim Ramah Lingkungan, Empat Sekolah di Jakarta Disulap Berkonsep Net Zero Carbon
  • Pertamina Wujudkan Kemandirian Energi di Momentum Harkitnas 2025
  • Cara Cek NIK KTP Penerima Bansos PKH 2025, Saldo Dana Cair Sampai 4 Tahap
  • Terulang Lagi, Bandit Curi Spion Mobil Fortuner Saat Kondisi Macet Di Grogol
  • Naik! Hasil Jasa Asuransi TUGU Tembus Rp228 Miliar Usai Terapkan PSAK 117
  • Bharada E Digugat Rp 15 Miliar oleh Deolipa Yumara, Pengacara: Klien Kami Tak Punya Uang
推荐内容
  • Apa Saja Kebiasaan Nia Ramadhani hingga Sukses Pangkas BB 28 Kg?
  • Turis dan Warga Lokal Barcelona Saling Ejek via Grafiti hingga Medsos
  • Jika UMKM Langgar Aturan, Menteri Maman Minta Pendekatan Hukum Harus Dibedakan dengan Usaha Besar
  • Rocky Gerung Bakal Kena Gusur, Ngabalin, Dosen UI hingga Guru Besar UGM Senang
  • Fakta Unik Dhaup Ageng Pakualaman, Ada Sajian Kudapan Langka
  • Bareskrim Bakal Panggil Rocky Gerung Terkait Kasus Penyebaran Hoax